TimsusNews.com, Jakarta – Siapa sangka dari tangan-tangan emak-emak yang sederhana, lahirlah gerakan sosial yang kini memasuki usia keenam dengan semangat luar biasa. Gerakan Emak-Emak Tanpa Batas Bermartabat (Gematabs) kembali merayakan miladnya tahun ini, bukan sekadar selebrasi, melainkan momentum memperkuat kiprah menuju cita-cita besar: Indonesia Emas 2045.
Berdiri di bawah naungan Yayasan Bina Insan Menggapai Asa, Gematabs tak hanya dikenal sebagai komunitas simpatisan Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto, tetapi juga sebagai wadah perjuangan kaum ibu yang fokus pada isu sosial, kesehatan, dan pendidikan.
Yang menarik, perayaan enam tahun ini dibarengi dengan persiapan Silaturahmi Anak Bangsa II, sebuah agenda akbar yang melibatkan beragam unsur masyarakat. Tujuannya bukan sekadar berkumpul, melainkan menyalakan api cinta tanah air, memperkuat adab dan etika, serta mengokohkan jiwa patriotisme generasi muda.
“Sejak dini kita harus menanamkan karakter jujur, tangguh, dan cinta tanah air. Tidak bisa ditunda lagi. Generasi muda harus tumbuh dengan adab mulia agar kelak siap memimpin Indonesia menuju kejayaan,” tutur Florence Nitya, Ketua Umum Gematabs.
Florence menegaskan bahwa Gematabs selalu terinspirasi oleh sosok Jenderal Prabowo Subianto sebagai teladan kepemimpinan. “Kami emak-emak percaya, pemimpin bangsa harus patriotik dan berpihak pada rakyat, bukan sekadar mengejar kepentingan pribadi atau kelompok,” ujarnya.
Meski lahir dari komunitas emak-emak, kiprah Gematabs tak bisa dipandang sebelah mata. Mereka aktif mengawal program pemerintah, menggalakkan kegiatan sosial, hingga menggagas kolaborasi lintas sektor demi memperkuat persatuan bangsa.
“Di usia keenam ini kami lebih mantap berkomitmen. Gematabs akan terus berbuat semaksimal mungkin agar cita-cita Indonesia yang Adil, Makmur, Aman, Sejahtera, dan Sentosa (AMANS) benar-benar terwujud,” tegas Florence penuh optimisme.
Perayaan enam tahun Gematabs bukan sekadar tanda perjalanan panjang, tapi juga bukti bahwa suara dan aksi emak-emak bisa menjadi penggerak perubahan bangsa.
Reporter: Titiek Murniaty